Kamis, 04 Februari 2010

its REAL me

kenangan OSPEK 2007

SLANKERS SENGATA


TRIO SEKAWAN







Umar bin Khattab, Meluaskan Islam, Dari Mesopotamia Sampai Romawi

Umar bin Khattab, salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga menjadi khalifah kedua (634-644) dari empat Khalifah Ar-Rasyidin, adalah seorang sahabat Rasul yang utama. Namanya harum dan melampui lebih dari separuh zamannya sendiri, bahkan sampai kini. Siapakah Umar bin Khattab?
Ia memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis. Pada masa membaca dan menulis merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dilakukan Umar. Sebelum memeluk Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh khamer sama sekali. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.
Umar Memeluk Islam
Ketika Rasul pertama kali berdakwah, Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya. Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad saw. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. Ia murka.
Di rumah, Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al-Quran tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yathrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Menjadi Khalifah
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat kepalanya. Kemudian setelah Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk, seorang budak pada saat ia akan memimpin shalat. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk terhadap Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. (sa/berbagaisumber)

Apa Itu " KORUPSI "

Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu sarang koruptor paling banyak di dunia. Tidak di mana-mana, pelaku tilep-menilep yang bukan haknya sudah jadi darah daging. Di tingkat sekolah, ada. Tingkat RT, banyak. Tingkat, negara? Wah, itu mah sudah jagonya.
Sepertinya kita memang sudah akrab benar dengan istilah koruptor ini. Tapi belum tentu juga kita tahu benar-benar artinya. Yuk ngaji tentang koruptor ini….
Korupsi diambil dari bahasa Latin. Definisi korupsi dimabil dari kata corruptio dari kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut Transparency International¸ korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tak wajar dan ilegal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup unsur-unsur melanggar hukum yang berlaku, penyalahgunaan wewenang, merugikan negara, memperkaya pribadi atau diri sendiri.
Apa korupsi hanya buat pejabat negara saja? Jelas, tidak. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Tapi memang semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Ingatkan pepatah yang bilang “Power tends to coprrupt?”
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi. Korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Bergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang ilegal di tempat lain.
Dampak korupsi sudah jelas! Korupsi bikin mekanisme pasar tidak berjalan. Proteksi, monopoli dan oligopoli menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan distorsi pada distribusi barang dan jasa, dimana pengusaha yang mampu berkolaborasi dengan elit politik mendapat akses, konsesi dan kontrak-kontrak ekonomi dengan keuntungan besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan dengan praktik suap-menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak. Ongkos buruh ditekan serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi yang sudah dikeluarkan pelaku ekonomi.

Semoga Cinta Tak Memudar


Sahabat, tiba-tiba saja saya teringat tayangan televisi malam beberapa hari yang lalu. Yakni di acara "dewasa" sebuah stasiun tv dalam program keluarga, bertajuk “masihkah kau mencintaiku”. Barangkali diantara sahabat ada juga yang menyaksikannya.
Saya hanya ingin berbagi, terlepas dari bagaimana proses pembuatan acara tersebut. Apakah didramatisir atau tidak, seperti halnya dramatisasi dalam acara-acara reality show (pada umumnya) dan cerita-cerita fiksi juga novel roman ataupun misteri, yang biasanya mampu mengaduk-aduk emosi para penonton dan pembacanya. Wallahu a'lam. Yang jelas, saya hanya ingin ber-opini tentang sebuah "cinta yang aneh". Semoga saja bisa dijadikan ibrah, agar tidak terjadi di keluarga kita.
Kasusnya, setelah 24 tahun berrumah tangga, sepasang suami istri -yang dihadirkan pada saat itu- memutuskan untuk saling bercerai. Padahal dari keduanya sudah dianugerahi dua orang anak, putra-putri yang baik, cantik dan tampan. Sehingga keputusan tersebut benar-benar membuat terkejut kedua anaknya. Karena setahu mereka, antara kedua orangtuanya tidak memiliki masalah yang serius dalam hubungannya. Sungguh, ini menyakitkan hati mereka.
Alasan kedua orangtua mereka sederhana, selama 10 tahun terakhir cinta mereka memudar. Bahkan mereka mengaku sudah tidak saling mencintai, sama sekali. Pertanyaannya, justru terletak pada apa sesungguhnya definisi 'cinta' menurut pasangan suami isteri yang "aneh" tersebut.
Karena mereka sama sekali mengabaikan perasaan kedua buah hati yang -katanya- juga amat mereka cintai. Kedua buah hatinya dengan sangat memohon-mohon agar kedua orangtuanya menarik ucapan mereka, sehingga tidak jadi bercerai.
Memang, efek dari hubungan “aneh” sepasang suami isteri itu adalah munculnya "orang ketiga", yakni mantan kekasih si ibu (istri) ketika masih muda dulu. Akhirnya yang terjadi adalah, “clbk”, cinta lama bersemi kembali.
Rencana sang istri, setelah bercerai dari suaminya ia akan segera menikah dengan mantan kekasihnya itu. Dan kemudian ini mendorong si ibu (istri) mengingat kembali pada proses pernikahannya dengan suaminya. Mereka ternyata “dijodohkan” oleh kedua orangtua masing-masing. Lalu, apa yang salah dari perjodohan?
Padahal meski dimulai dari cara apapun (ketika masih dalam kerangka syar’i), seharusnya cinta bisa diproses, dibangun, kemudian dimekarkan jadi bunga. Sebagaimana Allah firmankan,
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Ruum:21)
Pernikahan adalah beribadah kepada Allah. Ia adalah ikatan yang sakral, di dalamnya terdapat "mitsaqan ghalidza" (perkataan/janji yang berat). Di awal pernikahan Allah kurniakan rasa tentram (sakinah) diantara keduanya.
Kemudian dengan anugerah hati dan akal, kita tumbuhkan cinta dan kasih sayang dalam rangka cinta kita kepada-Nya. Dan dengan ijin serta pertolongan Allah, maka sepasang suami istri akan merasakan ketentraman, cinta dan penuh kasih sayang; sakinah mawaddah wa rahmah.
Tugas kita selanjutnya adalah merawat dan memeliharanya, agar cinta tumbuh semakin indah. Ya, cinta memang harus selalu diupayakan..
Tetapi, saya melihat mereka tidak berusaha demikian (Wallahu a'lam!). Mereka tetap menyimpan egoisnya, juga menyimpan ke-tidakridha-annya atas proses perjodohan itu, selama 24  tahun, meski telah lahir dua buah hati yang kini usianya sekitar 22 tahun dan 19 tahun. Saat mengingat peristiwa "perjodohan" di masa lalu ini akhirnya semakin menambah daftar alasan dalam mereka mengambil keputusan untuk segera bercerai, dengan -sekali lagi- mengabaikan perasaan kedua buah hatinya.
Dari kasus ini, sahabat.. Anehnya, si ayah (suami) bukannya “nggondeli” istrinya demi keutuhan keluarganya dan kebahagiaan anak-anaknya, tapi justeru melepasnya dengan ringan. Benar-benar pria yang aneh! Sepasang suami isteri yang sangat egois.
Seorang ibu yang hanya memikirkan pemenuhan cinta “syahwati”-nya pribadi, dengan mengorbankan perasaan kedua buah hatinya yang benar-benar sedang terluka. Dan seorang ayah yang mudah sekali putus asa untuk membangun dan menumbuhkan cinta terhadap istrinya.
Bagaimana mungkin setelah sekian puluh tahun berumah tangga egoisnya tidak berusaha dikikisnya, bahkan demi kebaikan putra putrinya. Dimana letak kedewasaan mereka? Tidakkah mereka malu terhadap anak-anak mereka, juga terhadap diri mereka sendiri? Na'udzubillahi min dzalik..
Dan saya hanya bisa berdoa untuk kebaikan keluarga mereka. Semoga cinta dalam keluarganya yang sempat retak, akan menyatu kembali. Kedua orangtua diberikan petunjuk oleh-Nya, supaya lebih bijak menyikapi masalah “hasrat” di dalam hatinya (perasaan cinta syahwatinya), serta agar lebih dewasa mendefinisikan makna cinta.
Sehingga untuk pemenuhan “hasrat” itu, tidak harus dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain (para buah hatinya), bahkan cinta seharusnya malah mampu mengorbankan dirinya (hasrat dalam hati mereka), untuk kebahagiaan orang-orang yang mereka cintai. Dan bagi anak-anak mereka, semoga dilimpahi kesabaran dalam menghadapi ujian di keluarganya.
Cobaan itu semoga saja tidak melemahkan dan menghancurkan hidup mereka, tetapi justru semakin menguatkan dan menjadikan mereka menjadi lebih bijaksana menyikapi hidup. Karena ujian/cobaan seringkali menjadi sarana datangnya hidayah Allah..
Saya jadi tertegun dan kemudian bercermin, melihat ke dalam diri saya dan keluarga. Yang mana, awal jumpa kamipun tak jauh beda, yakni dengan "perjodohan".
Tetapi kami berkomitmen untuk belajar dan akan terus belajar sepanjang hidup, demi menterjemahkan cinta dalam kerangka ibadah kepada-Nya. Dengan harapan, takkan pernah ada kebahagiaan seorangpun yang dikorbankan demi kepentingan pribadi semata.
Melainkan cinta seharusnya menjadi sumber cahaya, yang menerangi hati dan semesta. Rasulullah pernah berpesan, "Maka nikahkanlah orang-orang yang yang masih sendirian di antara kalian. Sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluaskan rizki mereka, dan meningkatkan derajat mereka."
Jadi menurut saya, cinta bukanlah jelmaan bunga yang begitu saja tercipta. Tetapi ia ditakdirkan untuk senantiasa di jalur “proses”. Dari tiada berusaha ditumbuhkan, hingga menjadi sekuncup kecil. Kemudian dipupuk dan disiram, untuk dimekarkan jadi bunga.
Lalu dirawat dan dipelihara sedemikian rupa, agar mekarnya indah dan harumnya membahana. Diberikan sarana yang penuh kesejukan serta cukup pencahayaan, agar tak layu serta warnapun tak memudar. Sehingga ia tetap indah dan meng-abadi sampai ke taman surga-Nya.
Wallahu a'lam..

Hikmah dari seorang pengamen jalanan

Deborah yang aku tumpangi malam itu tidak terlalu penuh, tetapi tidak kosong. Semua kursi sudah terisi. Aku adalah penumpang terakhir yang mendapatkan kursi kosong. Ini adalah yang kedua kalinya aku menjumpai anak itu. Seorang bocah pengamen tanpa alat musik apapun, termasuk tepukan tangan. Kira-kira berusia 10 tahun.
Aku senang memandanginya, dia tidak seperti anak-anak jalanan kebanyakan. Kotor, bau, dan menyanyi seadanya. Ada hal unik dalam dirinya, pakaiannya bersih, memakai sandal, rambutnya jatuh tidak klimis, dan kuku tangan dan kakinya pun bersih. Seperti anak rumahan. Ibunya sungguh merawatnya, pikir ku malam itu.
Satu hal yang menjadi perhatianku, ternyata anak tersebut kurang normal. Gaya menyanyinya dieja kata perkata dengan berusaha sekuat tenaga agar apa yang diucapkannya jelas terdengar. Rupanya lirik sholawat badar menjadi lagu favoritnya. Beberapa penumpang senyum-senyum simpul memandangnya. Jujur, aku pun ingin tertawa lebar. Aku berusaha menahan tawaku dengan mengalihkan pandangan ke luar jendela.
Setelah selesai menyanyi, ternyata masih ada satu hal yang dia lakukan. Dia memberi nasihat kepada kami tentang manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara. Subhanallah, dia membawakannya dengan penuh semangat, penuh percaya diri dan sangat sungguh-sungguh. Tanpa malu, meskipun tidak sedikit penumpang yang tersenyum simpul. Masya Allah, dia mendoakan kami semua. Hatiku begitu lapang mendengarnya. Beda rasanya ketika yang berdoa adalah panitia masjid yang memang ada maksud ingin meminta sumbangan. Anak itu begitu polos.
Seperti biasanya, anak-anak pengamen akan meminta bayaran atas hiburan yang sudah mereka persembahkan. Tidak kecuali dia. Dia memulainya dari kursi depan samping Pak Supir. Satu dua orang telah terlewati tanpa memberi apa-apa. Alhamdulillah orang ketiga telah memberinya uang. “Makasih Pak, semoga rizkinya nambah ya Pak” spontan anak itu mendoakan sang Bapak. Masya Allah bergetar hati saya. Dia terus mendoakan setiap penumpang yang memberinya uang. Penumpang yang memberi hanya mampu berucap amin sambil menggangguk disertai senyuman.
Biasanya saya selalu menyeleksi setiap ada pengamen bis kota, minimal melihat tampang dan kesungguhan mereka dalam menyanyi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pengamen anak-anak adalah mereka yang dimanfaatkan oleh orangtua untuk mencari nafkah. Itulah salah satu usaha saya untuk mengurangi maraknya anak jalanan. Tapi tidak untuk bocah itu. Tangan saya pun ringan memberinya uang, dan saya niatkan untuk bersedekah. Saya pun tidak terlewatkan dari do’anya.
Sungguh banyak hikmah yang dapat saya ambil. Bocah itu telah mengingatkan banyak hal kepada saya. Kesungguhan dalam bekerja untuk mencari rizki tanpa malu yang penting halal, usaha untuk melakukan kebaikan dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja, dan lapangnya dada kita untuk menebar do’a kepada siapa saja. Semoga Allah memberikan Rahmat dan perlindungan Nya kepada bocah itu dari kejahatan di malam hari. Amiin.

Homo Homo Ni Lupus


Homo homo ni lupus. Sebuah ungkapan yang begitu akrab ditelinga saya. Sewaktu SMA begitu seringnya guru PPKn saya menyebutkan istilah itu. Hingga lama-kelamaan telah menjadi salah satu ungkapan favorit saya. Karena bahasanya yang unik begitu juga dengan artinya.
Homo homo ni lupus. Sebuah ungkapan yang berasal  dari bahasa Yunani yang memiliki arti bahwa  manusia adalah harimau  bagi manusia yang lain. Kala itu yang ada didalam pikiran saya adalah sebuah ungkapan yang menurut saya terlalu memaksakan maknanya. Bagaimana mungkin manusia telah menjadi harimau bagi manusia lain. Bukankah manusia diciptakan Tuhan dengan nurani kemanusiaannya yang lembut. Bukankah manusia diciptakan Tuhan dengan segala kesempurnaannya. Dengan segala jiwa kepimpinannya. Makhluk yang telah membuat iblis begitu berang dengan segala  keistimewaan yang di anugerahkan Tuhan kepadanya. Bayangkan tak ada satupun makhluk yang mau memikul tanggung jawab besar menjadi pemimpin di muka bumi ini, selain kita manusia.
Namun, entah mengapa otak saya kemudian kembali mengenang ungkapan yang  telah saya lupakan itu. Tiba-tiba saja entah mengapa saya begitu menyetujui ungkapan yang sederhana namun bermakna dalam itu. Ini bukan bentuk pengaminan yang frontal tanpa alasan yang kabur. Namun, sebuah pembenaran yang saya simpulkan dari kejadian-kejadian yang telah saya lihat, dengar, dan saya rasakan dengan mata, telinga dan hati saya.
Menyaksikan berita-berita di media massa negeri ini. Maka ada semacam streotif bahwa tindakan kriminal dan asusila adalah hal wajib ada dalam setiap penerbitan surat kabar dan penayangan berita di media elektronik. Sadar atau tidak sadar, hari-hari kita telah diisi dengan kejutan – kejutan tindakan amoral yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Hari ini media akan mengabarkan seorang ayah yang telah begitu bernafsu menanamkan benihnya ke dalam rahim anak kandungya sendiri. Dan sang  isteri hanya menganggap hal itu sebagai hal yang wajar. Besok harinya kita akan mendengar berita seorang kakek yang telah lanjut usia menghamili cucunya yang masih duduk disekolah dasar. Keesokannya lagi kita mendengar bahwa ada seorang wanita di bunuh oleh  kekasihnya karena tidak mau menggugurkan benih hasil perzinahan mereka.
Keesokannya lagi kita mendengar seorang suami yang membunuh isterinya sendiri  karena dianggap telah beselingkuh dengan kawan dekatnya. Keesokannya lagi kita mendengar seorang pembantu yang membunuh majikannya dengan cara memotong-mamotong tubuhnya. Begitu terus – menerus. Hingga tanpa kita sadari, mata dan pikiran yang ada didalam otak kita telah terbiasa melihat dan mendengar hal-hal keji itu   dan menganggap itu semua hanyalah hal yang  wajar dan biasa saja .
Ingatan saya kembali tertuju pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Sebuah berita pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pekerja pabrik yang beruntun dan yang paling menggemparkan orang-orang yang ada dinegeri ini adalah ketiadakwajaran yang dilakukannya dengan memakan daging mayat korban-korbanya seperti memakan daging binatang yang layak untuk dimakan. Nauzubillah bin zhalik.
Entahlah. Saya bingung untuk menjawab semua fenomena yang tejadi disekitar saya. Dimana tindakan kriminal dan asusila telah menjadi bagian kehidupan yang seakan tak bisa dipisahkan lagi. Telah menjadi matahari yang menyinari bumi disiang hari. Jadi wajarlah bila kemudia bila saya menarik sebuah kesimpulan bahwa manusia memang telah menjadi manusia  bagi manusia yang lain. Meskipun itu adalah sebuah kesimpulan yang begitu menyakitkan telinga dan hati saya.
Manusia telah saling menjatuhkan untuk memperoleh kepuasan nafsu dunia yang semu. Untuk menggapai ambisi fatamorgana yang ditawarkan oleh dunia yang fana.  Tetapi  kesimpulan sepihak itu lama-kelamaan saya tarik dari frame berpikir saya. Toh saya masih percaya diantara puluhan juta jiwa-jiwa  yang ada di bumi ini. Tidak menjadikan manusia-manusia lain menjadi harimau  bagi manusia lainnya. Namun lebih menjadikan pasangan jiwanya, yang selalu setia menemani setiap kegelisahannya dalam mengarungi kehidupan ini dengan segala kekuatan yang dimilikinya.
Homo homo ni lupus. Adalah sebuah ungapan Yunani  yang benar hipotesisnya bagi orang-orang yang telah kehilangan nuraninya. Hingga dengan mudahnya melakukan perbuatan yang tak pernah terpikirkanpun akan dilakukan oleh binatang yang hanya dilengakapi insting. Namun saya yakin bahwa masih banyak orang-orang bernurani  yang memiliki hati yang tulus untuk menjadikan manusia sebagai sahabatnya  dalam mengarungi kehidupan ini. Dan saya  selalu berdoa, diri saya masuk kedalam hitungan orang-orang itu. Amin Allahumma Amin.

SENDIRI

Di pantai ini
ku nikmati nyanyian dedaunan
mengalun manis di mainkan angin
mengajakku tuk kembali
mengenang setahun yang lalu
kala itu mimpiku dan mimpimu
masih menyatu

kala hari mulai senja
kau bersandar di bahuku
kita nikmati surya tengelam
dan kau tulis nama kita
diatas pasir putih
sambil kau berucap
semoga cinta kita kan abadi

(andai kau ada)
andai saat ini kau ada di sisiku
(takkan sendiri)
ku takkan ragu lagi
dan tak sekedar mengenang
cinta kita yang pernah ada
(cinta kita pernah ada)ooooooo

sendiri ku kembali
mencari cintaku yang hilang
hamparan pasir putih
dan ombak yang bergulung
jingga mentari senja
adakah kau simpan kisahku
yang terbenam bersamamu......
yang tengelam bersama mu.....
(Artist : Sang Alank)